Matoa (1)

Matoa adalah nama buah. Bentuknya lonjong, bulat agak memanjang, seperti buah kelengkeng, seukuran telur burung puyuh besar dan ada juga yang lebih besar lagi sedikit. Warna kulit buahnya, kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan dan kalau sudah matang berubah menjadi coklat kemerahan.

Rasa buahnya “ramai”, dan susah didefinisikan. Coba saja tanya kepada yang pernah memakannya, maka ada yang bilang rasanya masin, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan. Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.

Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.

Di Papua sendiri pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.

Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain : ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, meskipun orang lebih mengenai buah matoa ini berasal dari Papua, namun jangan heran kalau di sebuah shopping center di Yogya Anda akan menjumpai buah matoa dari Temanggung.

Buah matoa yang dijumpai di Jawa atau tempat-tempat lain, pada umumnya tidak sebagai hasil budidaya, melainkan sekedar hasil sampingan dari tanaman hias yang tumbuh di halaman-halaman yang cukup luas, atau bahkan hasil dari pohon matoa yang tumbuh liar. Di Papua, pohon matoa yang semula tumbuh liar kini menjadi semakin naik gengsinya. Apalagi semenjak presiden Megawati mencanangkan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua sebagai pohon lestari, di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, pada awal Maret yll.

Dalam rangka program penghijauan nasional itulah, maka Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nabiel Makarim dan Gubernur Papua JP Solossa, pada Maret yll. mengawali penanaman 1000 pohon matoa di Kabupaten Mimika.

***

Hari Sabtu, 7 Juni 2003 akhir pekan lalu, Departemen Lingkungan (Environmental) PT Freeport Indonesia melanjutkan gerakan penanaman 1000 pohon matoa. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kegiatan rekreasi yang melibatkan segenap jajaran management, karyawan dan keluarganya, diselingi dengan acara-acara lomba dan hiburan bagi anak-anak. Maka, 1000 pohon matoa pun segera selesai ditanam beramai-ramai. Penanaman dilakukan di lahan bekas penimbunan tailing (pasir buangan) sisa hasil pengolahan tembaga, di tepi selatan sungai Aijkwa, atau di sisi utara kota Timika.

Dari pohon matoa, selain diambil buahnya, batang kayunya juga sangat bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tinggi pohonnya dapat mencapai 40-50 meter dengan ukuran diameter batangnya dapat mencapai 1 meter hingga 1.8 meter. Batang kayu pohon matoa termasuk keras tetapi mudah dikerjakan. Banyak dimanfaatkan sebagai papan, bahan lantai, bahan bangunan, perabot rumah tangga, dsb. yang ternyata tampilan kayunya juga cukup indah.

Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.

(Namun sebaiknya hati-hati : Kalau ada yang menawarkan matoa yang ukurannya sangat besar dan menjadi makanan kesukaan butho (raksasa), maka itu pasti matoahari….. ..)

Tembagapura, 9 Juni 2003
Yusuf Iskandar

Tag: , , , , , , , ,

8 Tanggapan to “Matoa (1)”

  1. dpink Says:

    Waktu pertama kali melihat buah matoa cukup aneh baik rasa maupun bentuknya. Ternyata cukup unik. Saya sangat tertarik sekali dengan buah matoa. Apakah bisa ditanam di dataran rendah kering? Dimana saya bisa mendapatkan informasi atau artikel tentang tanaman matoa tersebut?
    thx…

  2. madurejo Says:

    Matoa sudah banyak dicoba ditanam di kawasan lain di Indonesia, dan bisa tumbuh besar. Info lebih detil sebenarnya banyak bisa diperoleh di internet. Coba saja “googling”. Salam & semoga sukses.

  3. Maylina Dewi Says:

    2 tahun yang lalu, aku nemu buah aneh di kebun. Bentuknya lonjong, kulitnya agak keras. Waktu ditekan, eh langsung pecah kulitnya dan terlihat daging buahnya seperti klengkeng. Tanpa takut aku langsung aja jilat (maklum penasaran sih), eh rasanya kok manis. Karena belum tahu buah apa itu, aku tanya eyangku, beliau bilang kalau itu namanya buah matoa. Oh.. ternyata ini toh buahnya. Tanpa memandang yang pada kepingin langsung aja aku makan habis. Enak. Sekarang kayaknya lagi berbunga. Aku lihat bunganya warna coklat, mirip bunga klengkeng. Yah, aku tinggal nunggu hari nih buat cicipi lagi buah matoa. Siapa yang mau ??? Sayangnya aku baru punya satu pohon saja nih, belum bisa dibagi-bagi, masih kecil.

  4. bagus Says:

    pengen dunk bibitnya… dimana bisa membelinya ..
    Thanks Infonya..

  5. SUPARDISD Says:

    Saya juga sudah punya 6 pohon. Yang 4 phn sudah berbuah. Now, 1 phn sedang berbuah. Tapi aku rebutan sama codot/kampret/kalong or kelelawar. Jadi yang dapat dibungkus ya slamet, yang bagian atas ya jatahnya kampret tsb. Aku lagi coba budidayakan dengan nanam bijinya. Insya Allah bulan depan sudah bisa ada hasilnya.

    • madurejo Says:

      Senang sekali mendengar “sharing” Anda. Semoga yg hasil budidaya juga memuaskan hasilnya. Semakin banyak buahnya, agar yang dapat dibagi dgn kampret juga semakin banyak…hehe. Jadi kepingin ikut menanam. Bibit yang saya bawa dari Papua dan tanam dua tahun yll, meninggal dunia…

  6. ENSIN Says:

    Saya iseng2 coba tanam pohon matoa dari biji dihalaman rumah dikota malang dan ternyata tumbuh dengan baik, sekarang sedang berbuah tapi saya tidak tahu kira2 buahnya masak berapa lama ya baru bisa dipetik, barangkali ada teman2 yang pohon matoanya sudah berbuah bisa kasih informasinya

Tinggalkan Balasan ke madurejo Batalkan balasan