Ada uang ekstra Rp 10 juta tiba-tiba nyusup masuk ke rekeningku. Wauw.., rejeki dari langitkah? Jangan-jangan kecipratan bagi hasil dari mas Nazaruddin atau mbak Malinda. Kutunggu kalau sampai lebih tiga hari tidak ada yang ngaku mau kumiliki.
Di menit-menit terakhir hari ketiga menjelang tutup buku akhir bulan, ternyata uang itu sudah lenyap lagi. Haha.., lumayan dapat kehormatan disinggahi uang Rp 10 juta walau hanya kulihat angkanya dan bukan wujudnya.
Banjarbaru, 30 Juni 2011
Yusuf Iskandar
Iklan
15 April 2015 pukul 1:00:08 |
Pak tulisannya keren sangat, membaca ini menginspirasi saya untuk menulis lagi, menulis tentang ini dan itu , thanks pak
29 April 2015 pukul 10:11:50 |
Terima kasih mbak. Tetap semangat untuk terus menulis, tentang apapun. Jangan pedulikan soal baik-buruknya. Pantang berhenti menulis… ๐
30 April 2015 pukul 9:16:10
Iya Om terimakasih
Om saya tertarik dengan tulisan Om tentang pesan pesan om pada anak Om yang sedang mendaki
Saya masih belajar melihat dari sudut pandang ayah saya
Boleh d share Om, bagaimana kalo yang suka naik gunung itu anak cewek ?
5 Mei 2015 pukul 12:44:29
Lili, pada dasarnya sama saja. Hanya bedanya kalau cewek sebaiknya ada teman sesama cewek. Atau, ada teman cowok yang dipercaya menjaganya. Harus dipahami bahwa ayah Anda mengemban tanggung jawab berat terhadap anak putrinya. Karena itu, perlu bisa meyakinkan ayah bahwa kepercayaan yang akan diberikan akan mampu Anda jaga sebaik-baiknya dan bukan justru mempersulit tanggung jawab moral seorang ayah. Saya memahami keinginan Anda tapi saya sangat memahami kerisauan ayah Anda. Temukan titik temu yang saling menghargai tanggung jawab masing-masing. Selamat mendaki… ๐
7 Mei 2015 pukul 22:06:13
iya om terimakasih, senang sekali bisa mengobrol dengan om walaupun dalam bentuk seperti ini hehehe.
saya memahami kerisauan ayah saya terlebih atas omongan orang orang yang mengatakan hal2 negatif tentang pendaki gunung.
ada perubahan yang terjadi sepertinya. semasa kuliah saya sering melakukan pendakian bersama teman teman organisasi, saya selalu mengenalkan teman teman cowok saya, dengan harapan ayah saya mengetahui bagai mana lingkugan saya, saya juga sering mampir ke rumah semisal mendaki gunungnya dekat dengan rumah. bahkan sampai saat ini teman teman masih sering mampir kalo mendaki gunung.
tapi saat saya di rumah, entah mengapa ayah saya menjadi melarang saya mendaki gunung.
ini om yang membuat saya bingung, soalnya tadinya bapak saya well well saja.
maaf om malah jadi curhat heeheh