Jumat siang mendung gerimis, gerobak tukang rujak itu masih full buah-buahan. Sebenarnya saya membeli rujak bukan karena ngidam, tapi sekedar ingin meringankan beban dorongan tukang rujak itu. “Bagaimana kalau sampai sore tidak habis, pak?”, tanyaku. “Bisa dijual lagi besok”, jawabnya. “Kenapa tidak dimakan sendiri saja?”, tanyaku iseng. “Wah……”, jawabnya (terjemahannya : Repot kalau besok pagi-pagi harus berebut ke jumbleng…)
——-
Waduh…., salah order! Rugi aku! Masak pesan rujak saja mesti tertulis pakai PO. Aku bilang ‘nggak pedas’, sampai telinga tukang rujaknya diterjemahkan ‘agak pedas’…. Daripada megap-megap, biarlah dihabiskan orang lain. Saya yang bayar, orang lain yang menikmati. Rugi aku….! Yo wis, tak ikhlaskan saja.
(Note : jumbleng = sumur pembuangan, WC jongkok di luar rumah; PO = Purchasing Order)
Yogyakarta, 29 Januari 2010
Yusuf Iskandar