Perjalanan Pulang Kampung

(4).   Berjalan Kaki Menyusuri Kota Paris  

Setelah kebablasan lebih satu kilometer ke arah timur, kami lalu berbalik arah menuju barat. Hari Sabtu, 14 Juli 2001, waktu sudah menunjukkan lebih jam 3:00 siang, saat kami kembali berjalan menyusuri jalan Boulevard Poissonniere dan Montmartre yang merupakan sambungan dari jalan Boulevard Haussmann.

Kami lalu berjalan melewati jalan pintas yang menuju ke lapangan Place Vendome melewati simpang tujuh di lapangan Place de l’Opera yang berada tepat di depan gedung opera yang tampak sebagai sebuah bangunan tinggi dan kokoh berarsitektur kuno. Bangunan-bangunan kuno sejenis ini sangat banyak dijumpai di Paris dan umumnya masih berfungsi dan tampak terawat dengan baik.

Ketika berada di tengah-tengah simpang tujuh ini, terasa sekali akan kepadatan lalu lintas kota Paris. Tak beda dengan kepadatan persimpangan jalan di Jakarta. Saya cenderung mengatakan bahwa perlalulintasan di Paris ini agak semrawut jika mengingat Paris sebagai salah satu kota metropolitan di sebuah negara maju. Jauh sekali berbeda dengan sistem perlalulintasan di Amerika yang serba sangat teratur dengan tingkat kedisiplinan tinggi dari para pemakai jalan.

Tak ubahnya berada di jalanan kota besar negara berkembang, itulah kesan yang saya rasakan. Maka tidak heran kalau di buku-buku panduan wisata selalu diingatkan agar sedapat mungkin menghindari mengendarai kendaraan sendiri di Paris jika belum familiar dengan sistem perlalulintasan di kota ini. Selain karena kepadatannya, juga umumnya jalan-jalan di Paris adalah sempit, satu arah, banyak persimpangan dengan penempatan nama jalan yang tidak mudah dikenali dari jauh, lalu lintas yang berjalan cepat, serta sangat terbatasnya tempat parkir.

Oleh karena itu bisa dipahami kalau di Paris banyak dijumpai mobil-mobil berukuran kecil. Seukuran sedan compact atau yang lebih kecil seperti mobilnya Mr. Bean. Banyak juga dijumpai mobil Renault yang berukuran kecil dan pendek, atau mobil-mobil setipe dengan itu. Berbeda dengan di Amerika yang umumnya orang lebih menyukai mobil-mobil berukuran besar.

***

Setelah berjalan agak ke selatan dari Place de l’Opera, kemudian kami tiba di lapangan Place Vendome. Ini adalah sebuah pelataran luas yang di tengahnya terdapat sebuah tugu tinggi yang di atasnya terpasang patung Napoleon. Pelataran ini dikelilingi oleh dua buah bangunanan kuno bertingkat bergaya Romawi, yang masing-masing berbentuk setengah lingkaran yang dipenuhi oleh sangat banyak pintu dan jendela besar di sepanjang mukanya. Bangunan kuno ini terbelah menjadi dua oleh jalan yang melintas di tengahnya. Beberapa patung berukuran lebih kecil tersebar di seluas pelataran. Burung-burung pun leluasa hinggap di mana-mana.

Keluar dari dari lapangan Place Vendome kami belok ke arah barat masuk menyusuri jalan Rue du Faubourg St. Honore. Kemudian kami tiba di sebuah gereja tua yang di depannya tampak berdiri tiang-tiang besar dan tinggi khas bangunan kuno bergaya Romawi. Ini adalah gereja Madelaine yang memang masih berfungsi sebagai tempat peribadatan. Kawasan ini disebut dengan Place de la Madeleine.

Kami sempatkan untuk beristirahat sejenak di teras gereja ini dan sempat pula masuk ke dalamnya. Memandang ke arah selatan dari teras gereja yang letaknya cukup tinggi ini tampak membentang lurus jalan Rue Royale dengan latar belakang Place de la Concorde di kejauhan.

Dari gereja Madeleine, perjalanan dilanjutkan masih dengan berjalan kaki menyusuri jalan Rue du Faubourg St. Honore ke arah barat. Jalan ini sebenarnya hanya sebuah jalan kecil satu arah dengan sisi kanan dan kirinya termakan sebagai tempat parkir berdesak-desakan. Namun jalan ini terkenal di kalangan para wisatawan karena di sepanjang jalan ini banyak dijumpai pertokoan tempat dimana produk-produk bermerek beken membuka bisnisnya.

Sebut saja mulai dari Pierre Cardin, Gucci, Lancome, Saint-Laurent, Courreges, Laroche, Christian Dior, Hermes, Dupont, Burton, dsb. Bagi mereka yang fanatik dengan produk merek-merek tertentu, maka di jalan inilah tempat yang paling tepat untuk membelanjakan uangnya dan membeli mereknya.

Bahkan jika hanya ingin sekedar untuk melihat-lihat tanpa berniat membeli, maka di sini jugalah tempat yang pas buat melampiaskan kekaguman. Kagum karena harga yang luar biasa, menurut ukuran kebanyakan dari kita. Agak berbeda dengan di Galeries Lafayette dimana produk-produk merek terkenal itu berada di satu lokasi pertokoan, sedangkan di jalan ini masing-masing menyebar di lokasi berbeda-beda di tokonya masing-masing.

***

Sebelum tiba di ujung jalan Rue du Faubourg St. Honore, kami berbelok ke selatan masuk ke jalan raya Avenue des Champs Elysees. Keramaian yang luar biasa ada di penggal barat jalan ini hingga ke plengkung tugu Arc de Triomphe Etoile. Agaknya ini memang salah satu tempat tujuan wisata.

Di kedua sisi utara dan selatan jalan ini sangat ramai pengunjung, baik oleh mereka yang berbelanja, nonton bioskop, atau para pejalan kaki lainnya. Juga mereka yang menikmati makan dan minum di café-café di emperan jalan yang memang banyak menebar di sepanjang jalan ini atau mereka yang sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat seperti halnya rombongan keluarga kami. Namun kami sempat mampir di warung makan Quick, yaitu sejenis warung makan cepat saji seperti Mc Donald’s atau Subway di Amerika.  

Akhirnya kami tiba di tugu plengkung Arc de Triomphe Etoile. Ini adalah sebuah bangunan tugu tepat di pusat pertigabelasan jalan, karena paling tidak ada 13 jalan yang berujung di jalan yang melingkari tugu ini. Tugu plengkung ini mirip-mirip plengkung Washington di New York atau plengkung Gading di Yogya. Bedanya adalah tugu ini berukuran lebih besar, tinggi dan tampak kokoh dan artistik, serta ada sarana untuk naik menuju ke bagian atasnya. Plengkung ini sering dimunculkan di kalender dan kartu pos, dan menjadi salah satu simbol kebanggaan kota Paris setelah menara Eiffel. 

Di dekat pertigabelasan jalan ini pun kami sempatkan untuk kembali berhenti beristirahat sejenak. Saat itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20:30, namun matahari masih menampakkan berkas sinarnya di ujung barat menerobos di sela bangunan plengkung Arc de Triomphe Etoile. Kalau saya lihat-lihat di peta, sejak siang tadi kami sudah berjalan kaki menyusuri kota Paris sejauh lebih dari 6 km. Dan acara jalan kaki masih akan dilanjutkan.-

Yusuf Iskandar

Tag: , , , , , , ,

Tinggalkan komentar